IAC, Kajian dan Edukasi Efektivitas TLD Dalam Penanggulangan HIV Perlu Dilakukan

    IAC, Kajian dan Edukasi Efektivitas TLD Dalam Penanggulangan HIV Perlu Dilakukan

    JAKARTA--HIV merupakan penyakit yang hingga saat ini belum dapat disembuhkan. Obat antiretroviral therapy (ART) sekalipun hanya dapat mengontrol infeksinya agar virus ini tidak terdeteksi dalam darah dan tidak menular, sementara virusnya bersembunyi di dalam sel imunitas pasien. Bila ART dihentikan, virus bisa kembali menjadi AIDS, sehingga pasien pun harus mengkonsumsi obat seumur hidupnya.

    Terkait hal itu, Indonesia Aids Coalition (IAC) organisasi berbasis komunitas terus berupaya melakukan penanggulangan HIV melalui kajian dan edukasi jenis obat-obatan yang dibutuhkan oleh populasi kunci atau ODHA mengingat Informasi perubahan jenis obat-obatan yang dibutuhka belum seluruhnya diterima oleh mereka. Salah satunya obat ARV jenis Tenofovir, Lamivudine, Dolutegravir (TLD) yang telah direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition (IAC), Aditya Wardhana menyatakan beberapa negara di Amerika, Eropa dan Afrika mengarahkan pada obat jenis TLD dan sangat tinggi permintaan terhadap obat  tersebut.

    ”Karena memiliki tingkat toksisitas rendah dan tingkat keampuhan menurunkan tingkat virus dalam tubuh. Selain itu, harganya murah Rp 120 ribu perbotolnya” ujar Aditya, di Cikini, Jakarta Pusat, Jum’at (12/3/2021).

    TLD adalah kombinasi 3 jenis obat dijadikan satu Pil. Sedangkan ARV jenisnya cukup banyak, ada 16 kombinasi. ARV kombinasinya harus digunakan minimal 3 jenis obat.  

    Menurut Aditya, obat produksi lama kerap diberikan oleh dokter kepada pasien. Hal ini akan menghambat akselerasi program pemerintah dalam penanggulangan HIV bila pelayanan kesehatan kurang maksimal.

    “Kenapa obat yang lebih ampuh jarang digunakan untuk pasien, justru obat-obat lama dokter sering meresepkannya, ” katanya.

    Aditya menyatakan tidak hanya tenaga medis, akan tetapi seluruh pasien perlu diberikan edukasi agar memperoleh pemahaman tentang obat tersebut. Oleh karena itu,  Indonesia Aids Coalition (IAC) terus menjalin komunikasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mensuport dalam kaitan menyediakan kajian - kajian guna implementasinya.

    Melalui jejaring IAC di propinsi, kabupaten, dan kota untuk memberikan edukasi pasien agar menggunakan obat TLD bagi yang belum menggunakan ARV. Sedangkan bagi yang sudah menggunakan ARV agar berpindah menggunakan obat ini karena lebih cepat menurunkan tingkat virus dalam tubuh.

    Sementara itu, Brian Sri Prahastuti, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Kesehatan dan Perlindungan Perempuan dan Anak menyatakan pemerintah bersama masyarakat memiliki komitmen yang kuat dalam upaya pengendalian HIV AIDS untuk mencapai eliminasi HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) pada tahun 2030.

    Dari sisi program melalui kementerian kesehatan telah dilakukan Rencana Aksi Nasional yang di launching 1Desember 2020. Sedangkan dari sisi anggaran sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2020-2024.

    ”Arahan kita memang ke depan menggunakan jenis obat dosis tunggal. Tinggal sekarang yang didorong bagaimana pilot.projek TLD di DKI Jakarta ke propinsi - propinsi lainnya” ujar Brian. (hy)

    jakarta
    Heriyoko

    Heriyoko

    Artikel Sebelumnya

    KPAI, Angka Putus Sekolah Selama Pandemi...

    Artikel Berikutnya

    Pengusaha Berharap THR 2021 Mengacu Pada...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Kapolri Sebut Pengamanan Nataru Akan Dilakukan 141.443 Personel
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing

    Ikuti Kami